Ketika Lisa membuka matanya, ternyata fajar belum menyinsing. John, suaminya yang sudah dinikahinya sudah 2 hari yang lalu, tergolek di samping, dengan tangan melingkar lembut di pahanya yang terbuka. Apakah sentuhan suaminya yang memicu impian ertiknya? Untunglah, pikirnya, saya berhasil bangun duluan sebelum mencapai klimaks. Untuk menentramkan hatinya, dia mengulurkan tangannya ke bawah kulitnya yang terbuka, untuk mengecek apakah spreinya tetap kering, dia merasa lega dan menolehkan kepalanya ke arah John.
Hanya sedikit pria yang begitu tertarik kepada dirinya. Tidak ada seorang pun yang pernah dikenalnya bersikap lembut atau sebaik atau memiliki perasaan- perasaan emosional atau seksual yang begitu mendalam terhadap dirinya. Dan disinilah permasalah yang dihadapinya. Ia berbeda dari wanita- wanita yang dikenalnya yang tidak bisa mengalami orgasme dan yang tidak memiliki masalah dengan orgasmenya.
Sebaliknya, dari pengalaman- pengalaman yang pernah ia alami sebelum pernikahannya, dia tahu bahwa dirinya bisa mencapai multi- orgasme (orgasme berulang), mampu memberikan tanggapan yang penuh birahi, yang mengisi relung- relung hatinya dengan kebahagiaan yang tiada tara.
Namun, segalanya tinggal kenangan. Dia tidak bisa membiarkan dirinya mengalami orgasme seperti itu bersama John, karena jika ia melakukan hal seperti itu, maka sesuatu yang sangat memalukan pasti akan terjadi. Setiap kali dia menghadapi pengalaman yang menimbulkan kegembiraan yang luar biasa, air kencingnya pasti keluar. Seolah- olah kedua pengalaman itu tidak bisa dihndarkan lagi, pasti ada kaitannya satu sama lain antara kenikmatan dan kencing. Dia merasa sangat malu. Dengan masalah seksual seperti itu, siapa yang mau pada dirinya?
Lisa berjumpa dengan John setelah dia mengalami serangkaian hubunan yang tidak memuaskan. Ketertarikan antara kedua insan itu sangat kuat dan menggebu- gebu, namun Lisa memutuskan untuk tidak lagi terlibat dalam keintiman fisik apa pun bentuknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar